Kewirausahaan Dibentuk atau Dilahirkan?
Perbedaan antara seorang wirausahawan dengan pengusaha seringkali menjadi pertanyaan bagi banyak orang. Biasanya wirausahawan (entrepreneur) akan dengan pengusaha. Mungkin karena memang kebanyakan pengusaha atau wiraswastawan.
Menurut Taufik Bahaudin. seorang konsultan
manajemen dalam ruang lingkup Manajemen sumberdaya manusia dan pengajar
di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. seorang wirausahawan adalah
seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan, mencari, dan
memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang diinginkan sesuai dengan yang
diidealkan. Perbedaan seorang wiraswastawan dengan seorang wirausahawan
adalah wirausahawan cenderung bermain dengan resiko dan tantangan.
Artinya. wirausahawan lebih bermain dengan cara memanfaatkan
peluang-peluang tersebut. Sedangkan wiraswastawan lebih cenderung kepada
seseorang yang memanfaatkan modal yang dimilikinya untuk membuka suatu
usaha tertentu. Seorang wirausahawan bisa jadi merupakan wiraswastawan,
namun wiraswastawan belum tentu wirausaha. Wirausahawan
mungkin adalah seorang manajer yang mengelola suatu perusahaan yang
bukan miliknya. Namun wiraswastawan adalah seseorang yang memiliki
sebuah usaha sendiri.
Tanri Abeng adalah seorang
wirausahawan yang sukses, namun bukan seoang wiraswastawan karena ia
tidak memiliki perusahaan yang dipimpinnya. Bob Sadino merupakan seorang
wirausahawan yang juga seorang wiraswastawan yang memiliki perusahaan
yang dipimpinnya. Bahkan bukan tidak mungkin pegawai yang bekerja pada
pemerintahan dapat disebut wirausahawan karena ia sukses dalam
mengembangkan diri dan departemen yang digelutinya. Setiap orang bisa
disebut sebagai wirausahawan selama ia dapat memanfaatkan peluang
menjadi sebuah tantangan dalam pekerjaannya. Ruang lingkup yang akan
dibahas adalah sejauh mana pendidikan kewirausahawan dapat mempengaruhi
jiwa seseorang. Ruang lingkup ini akan dipersempit kepada pendidikan
kewirausaha yang diberikan di perguruan tinggi.
Perlunya Pendidikan Kewirausahaan
Kecenderungan yang terjadi pada mahasiswa-mahasiswa yang duduk di perguruan tinggi sekarang adalah kebanyakan dari mereka lebih menginginkan pekerjaan yang mapan setelah
menyelesaikan pendidikannya. Mereka tidak mau mengawali kehidupan
setelah lulus dari perguruan tinggi dengan memulai suatu usaha.
Kesuksesan seseorang mereka lihat dari ukuran seberapa makmur kehidupan
orang tersebut, berapa besar gaji yang diperolehnya, apakah ia sudah
memiliki mobil mewah atau rumah yang indah. Padahal, menurut Taufik,
sukses tidaknya seorang wirausahawan bukan dilihat dari sudut pandang
kemakmuran dan kesejahteraan seseorang. Namun lebih dinilai dari usaha
apa yang telah diperbuat dalam pekerjaannya, baik itu dengan memulai
suatu usaha sendiri atau lewat pekerjaan yang digelutinya.
Pendidikan
kewirusahaan yang diberikan di perguruan tinggi sekarang ini cenderung
kepada bagaimana memulai suatu usaha dan mengelola usaha tersebut dengan
baik. Padahal mengacu kepada definisi wirarusaha yang diberikan
sebelumnya, wirausaha bukan berarti harus memiliki suatu usaha.
Wirausahawan secara umum adalah orang-orang yang mampu menjawab tantangan-
tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Sehingga yang
menjadi pertanyaan adalah keberadaan kurikulum pendidikan mengenai
kewirausahaan ini. Apakah memang seharusnya mengajarkan bagaimana
memulai usaha atau bagaimana menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang
usaha ? Kalau yang diberikan adalah bagaimana memulai
suatu usaha, maka kurikulum yang ada telah menjawab pertanyaan tersebut.
Tetapi kalau yang diberikan adalah bagaimana menjawab tantangan dan
memanfaatkan peluang usaha, maka akan timbul pertanyaan lain yang lebih
sulit dijawab. Apakah seorang wirausahawan/entrepreneur itu dibentuk atau dilahirkan? Ulasan berikut ini lebih membahas pertanyaan yang terakhir tadi.
Dilahirkan atau Dibentuk
Beberapa
pakar mengatakan secara umum, jiwa dan kepribadian seseorang itu
paling tidak di pengaruhi oleh. dua hal, yaitu bakat dan lingkungan.
Mengingat besarnya proporsi kedua faktor yang cukup membingungkan yaitu
50%:50%, maka agaknya hal ini perlu dikaji lebih lanjut. Apalagi dikaitkan dengan dimasukkannya pendidikan kewirausahaan di dalam kurikulum perguruan tinggi sekarang.
Memang akhir-akhir ini sudah banyak pelatihan-pelatihan yang diadakan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta mengenai kewirausahaan. Bahkan di Amerika Serikat
sendiri, yang banyak melahirkan ahli-ahli dalam bidang bisnis dan
kewirausahaan, sudah banyak kursus-kursus yang memberikan pengetahuan
mengenai kewirausahaan. Salah satunya di sekolah bisnis terkenal Harvard Business School.
Salah satu pengajar kreativitas dan kewirausahaan di sekolah tersebut,
John Kao, menganggap pendidikan kewirausahaan ini cukup penting,
mengingat kembali pada besarnya lingkungan yang antara lain adalah
pendidikan mempengaruhi bentuk kepribadian seseorang
sebesar 5O%. Dari institusi pendidikan juga telah banyak lahir
konsep-konsep mengenai bagaimana menjadi wirausahawan yang baik.
Motivasi dan Disiplin Diri
Walau
demikian, tetap masih ada dilema mengenai faktor terbesar yang
membentuk jiwa kewirausahaan. Apakah memang jiwa kewirausahaan itu bisa
dibentuk dari lingkungan sekitar atau tergantung pada bakat yang ada
pada diri seseorang tersebut.
Meskipun belum tentu bisa dibenarkan, tetapii ada sedikit pemikiran yang
perlu disikapi. Dari sekian banyak buku-buku yang menulis dan membahas
tentang wirausaha, ternyata para ahli tersebut merasa masih ada satu hal yang diperlukan bagi seseorang untuk menjadi wirausahawan yang sukses, yaitu motivasi dan disiplin diri. Motivasi dan disiplin diri mendapatkan proporsi
yang besar untuk membentuk seseorang menjadi wirausahawan sejati,
selain faktor bakat dan faktor lingkungan. Artinya, belum tentu
seseorang yang memiliki bakat wirausaha dapat menjadi seorang
wirausahawan sejati. Seseorang yang telah banyak mengikuti
kursus-kursus, pelatihan-pelatihan maupun kuliah yang membahas mengenai
cara mengelola suatu bisnis atau apapun, tetap memerlukan motivasi dan
disiplin diri dalam menjalankan usahanya. Motivasi dan disiplin diri
merupakan faktor penting, selain faktor bakat dan lingkungan, dalam
membentuk seseorang menjadi wirausahawan sejati.
Faktor
lingkungan ternyata paling penting tidak masih dapat dibagi kedalam dua
hal, yaitu pengalaman dan pendidikan. Keduanya sama-sama memberikan
kontribusi yang besar dalam pembentukan jiwa kewirausahaan. Dengan
memiliki banyak pengalaman dan mengikuti banyak pelatihan maupun kursus
yang sifatnya pendidikan, maka seseorang barulah lengkap dapat menuju
jalur kesuksesan untuk menjadi seorang wirausahawan sejati. Bagaimanpun
pepatah yang mengatakan “pengalaman adalah guru yang terbaik” masih
menjadi relevan dalam hal kewirausahaan. Karena buku-buku yang membahas
kewirausahaan di dunia bisnis ternyata tidak terlepas dari pembahasan
atas pengalaman beberapa praktisi yang berkecimpung di dalam dunia
kewirausahaan.